Cerita Inspirasi: Meraih Beasiswa Unggulan untuk Kuliah S1 FULL
INDBeasiswa.com – Hai scholarship hunter! Kali ini ada cerita inspirasi menarik dari teman kita Kak Meli Firdausi Nazila. Kak Meli ini telah meraih berbagai prestasi sejak sekolah dan kali ini dia akan membagikan pengalamannya dalam mendaftar kuliah S1, bahkan hingga berhasil mendapatkan Beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Yuk simak kisahnya!
Pengalaman Meraih Beasiswa Unggulan untuk Kuliah S1
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
Hallo teman-teman!! Namaku Meli Firdausi Nazila, kalian boleh panggil aku Meli. Aku alumnus SMAN 1 Bumiayu Brebes Jawa Tengah yang tengah melanjutkan studi sarjana Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Beasiswa Unggulan Masyarakat Berprestasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oke inilah aku, A Dream Fighter, yang akan menceritakan sebuah kisah perjuanganku mendapatkan beasiswa kuliah. Sebelum membaca kisahku lebih lanjut, aku ingin teman-teman mengatakan ini pada diri sendiri “TAK ADA SATUPUN YANG DAPAT MENGHALANGIKU MERAIH CITA-CITA”.
Baca Juga: Beasiswa Unggulan Kemdikbud untuk Mahasiswa S1, S2, S3
Oke perjuangan ini bermula sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku sangat malas untuk masuk kelas, karena membosankan. Pikiranku selalu berkelana jauh meninggalkan kelas, berpikir dunia luar pasti sangat indah. Aku sangat ingin bolos meninggalkan ruang kelas, tetapi pasti aku akan dimarahi habis-habisan oleh orang tuaku. Hingga akhirnya orang tuaku memberikan solusi bagaimana aku bisa bolos terus menerus dengan cara yang cerdas. Adakah bolos dengan cerdas? Dengan mengikuti berbagai perlombaan. Tentu, jika aku ingin mengikutinya aku harus bisa selangkah lebih maju dari teman-teman lain agar aku dapat terpilih mewakili sekolah. Hari demi hari aku jalani dengan rajin belajar agar bisa bolos dengan cara yang mengesankan. Ketika teman-teman seusiaku asyik bermain, aku belajar. Ketika mereka berkutat dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan positif-negatif di kelas, aku sedang menerangkan perkalian dan pembagian bilangan positif-negatif di hadapan dewan juri. Saat teman-temanku maju satu per satu ke depan kelas untuk bercerita, aku sedang memegang mikrofon, berpidato dengan lantang di hadapan banyak orang. Aku memegang medaliku, pialaku, yang bertuliskan Juara 1.
Singkat cerita, aku berhasil duduk di bangku kelas 3 SMA. Ini adalah waktu krusial untukku memilih studi lanjutan yaitu sarjana. Aku mendaftar di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK). Program Studi incaranku adalah Pendidikan Dokter. Sebenarnya aku sangat takut dengan darah, karena setiap aku melihatnya pasti akan pingsan. Hahahaha… ini serius loh! Dan aku sangat yakin jika aku berhasil menjadi mahasiswi kedokteran, pasti phobiaku akan hilang. Namun jika tidak, maka aku akan menghadapi kemungkinan terburuk, aku akan semakin takut.
Saat pendaftaran SNMPTN aku justru memilih Biologi UGM. Entah kenapa kok aku memilih Biologi? Dan hanya biologi. Mungkin saat memilih aku mengantuk. Sungguh saat seleksi itu aku berharap tidak diterima karena bukan murni pilihanku. Aku bersiap dengan kemungkinan harus mencoba SBMPTN. Benar saja, aku tidak diterima SNMPTN, sesuai dugaan. Aku kembali melanjutkan pertarungan yang sesungguhnya dengan memilih jurusan yang aku mau di UNPAD, UI, UNSOED jalur SBMPTN. Akupun mencoba mendaftar ke berbagai PTS seperti Universitas Teknologi Yogyakarta jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Widyatama jurusan Bisnis Internasional, President University jurusan Hubungan Internasional, yang mana aku diterima semuanya dengan jalur prestasi-program beasiswa. Meski beasiswa tetapi tidak 100% dan jika dihitung-hitung biayanya masih cukup besar juga.
Saat itu pihak sekolah mengharuskan kami mendaftar SPAN PTKIN, padahal aku tidak tertarik untuk kuliah di Universitas Islam. Yaps! Apa salahnya aku coba mengingat orang tuaku dulu juga berkuliah di Universitas Islam Negeri. Aku mendaftar Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau lebih populer disebut UIN Jakarta. Aku cukup puas dengan pilihanku yaitu Komunikasi, karena aku dari kecil memang suka berbicara di depan orang. Ibuku juga menyuruhku mendaftar Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) yang banyak diidamkan siswa kelas 12. Aku gagal diterima karena memang dari awal tidak tertarik untuk masuk hanya demi ibuku yang menyuruhnya.
Pengumuman SPAN PTKIN justru lebih cepat dari SBMPTN. Aku diterima di UIN Jakarta dan mengharuskan untuk segera membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) setelah berhasil mengisi data UKT sedangkan aku belum tau nasibku di SBMPTN. Aku selalu membicarakan apa saja dengan orang tuaku, apalagi perihal kuliah yang menurutku sangat penting. Aku memilih membayar UKT dengan tetap menanti pengumuman SBMPTN. Namun Qodarullah hari yang aku nantikan akan menciptakan kesenangan justru memaksaku duduk di kursi pesakitan. Ya aku hanya bisa memandang hasil SBMPTN dengan cucuran air mata, aku gagal. Ayahku menyuruhku mendaftar seleksi Ujian Mandiri di UNS dan aku mengiyakan. Namun aku kembali gagal. Kalaupun aku mendaftar di Universitas Swasta pasti biayanya sangat mahal, aku tidak ingin membebani orang tuaku. Terpaksa aku harus mengubur dalam-dalam mimpiku untuk menjadi dokter. Aku semakin yakin justru inilah jalan terbaik yang Allah beri karena mungkin aku akan setiap hari pusing dan pingsan jika aku masuk sekolah kedokteran. Aku tidak mau mengambil risiko buruk.
Aku berusaha berdamai dan menerima status sebagai calon mahasiswa UIN Jakarta dengan suka cita. Yaps! Komunikasi, aku tidak akan bertemu dengan apa yang menjadi ketakutanku. Aku begitu menyukai jurusanku ini. Cinta lama yang bersemi kembali.
Rentang waktu antara pengumuman SPAN PTKIN dengan ospek cukup lama. Aku mulai mengisi waktu dengan iseng-iseng mengikuti lomba menulis, dan mendaftar beasiswa. Saat itu aku menemukan informasi pendaftaran Beasiswa Unggulan Kemendikbud tetapi penutupannya tinggal 4 hari lagi. Aku coba mendaftar dengan ketegori Masyarakat Berprestasi jenjang sarjana-mahasiswa baru di waktu yang tersisa itu. Sejumlah persyaratan seperti surat rekomendasi, piagam kejuaraan, proposal rencana studi dan penelitian, essay aku penuhi. Aku berhasil mengirimkan semua persyaratan lengkap 3 jam sebelum penutupan.
Pengumuman tahap 1 tidak berlangsung lama hanya beberapa hari setelah PBAK (ospek UIN Jakarta). Saat itu aku hendak menunaikan sholat tahajud di kamar teman kemudian ada email masuk yang menyatakan aku diterima tahap 1 dan akan melanjutkan ke tahap 2 yaitu wawancara. Senang sekali rasanya. Aku ingin berteriak saat itu juga tetapi urung karena takut menganggu temanku tidur. Aku diminta menghadiri ke sebuah hotel di Jakarta tiga hari setelah aku mendapatkan pesan itu. Aku langsung menelfon ibuku dan meminta tolong untuk disiapkan sejumlah berkas seperti raport SMA asli, piagam asli, dan dokumen asli lainnya yang tertinggal di rumah untuk syarat administratif sebelum wawancara karena posisiku saat itu memang sudah di Jakarta. Tak lama, keesokan harinya berkas yang aku minta itu sudah datang diantar paket. Aku mempersiapkan tahap wawancara dengan maksimal dan melewatinya dengan perasaan optimis pula.
Selama menunggu pengumuman aku selalu berdoa agar diterima. Tiga bulan lamanya tibalah pengumuman. Ternyata aku gagal. Yaps! Kali ini tulisannya berubah merah. Aku tidak menyangka jika aku akan ditolak karena menurutku, saat wawancara ibu yang mewawancaraiku sangat terkesan dengan setiap jawaban yang aku lontarkan. Tak jarang ia memujiku. Tetapi inilah kenyataannya, aku gagal. Aku tak lantas menghubungi orang tuaku, karena mereka juga tadinya optimis aku akan diterima. Dengan berat hati aku harus memberi kabar mereka beberapa hari setelahnya. Nampak, mereka sepertinya kecewa tetapi terus saja menyemangatiku. Bahkan ayahku bilang untuk tidak perlu lagi mendaftar-daftar beasiswa. Aku hanya perlu fokus saja dengan kuliahku. Aku tetap saja mengeyel, aku ingin mendapat beasiswa karena memang sejak SMA aku sudah mendapat beasiswa prestasi sehingga membuatku ketagihan.
Beberapa hari setelah itu, ketika aku sedang mengikuti kelas Bahasa Inggris di Pesantren Mahasiswi Mabna Syarifah Mudaim UIN Jakarta aku membuka ponsel. Aku setengah menjerit karena melihat tulisan LOLOS di sebuah pesan email. Ternyata dari Beasiswa Unggulan. Loh? Bukannya aku gagal? Ternyata pengumuman kemarin ditujukan untuk pendaftar dengan kategori daerah 3T sedangkan aku mendaftar dengan kategori Masyarakat Berprestasi. Seusai kelas aku langsung mengabari orang tuaku, mereka sangat senang dan tidak menyangka.
Aku kemudian menghadiri acara penyambutan dan penandatanganan beasiswa di Jakarta. Tanganku gemetar ketika diminta membubuhkan tanda tangan di atas tulisan nominal yang sangat fantastis. Beasiswa Unggulan ini mengakomodir seluruh biaya selama kuliah mulai dari UKT, biaya hidup dan biaya buku. Selama menerima beasiswa ini para awardeenya diharuskan mempertahankan dan meningkatkan IPK agar tetap bagus.
Jadi teman-teman jangan pernah berhenti untuk mencoba dan berusaha. Usahakanlah dengan maksimal, sertakan pula doa dan restu orang tua. Tebarkanlah umpan dimana-mana karena kita tidak tahu umpan mana yang akan termakan ikan. Ibarat halnya dengan peluang, sebarkanlah peluang yang banyak. Karena kita tidak tahu dari peluang mana yang akan berhasil. Kalau kita malas, jangan sampai rasa malas itu justru menahan kita untuk berkembang. Kendalikan rasa malas itu agar tidak mematikan produktivitas kita. Tetaplah menempatkan tinggi mimpi-mimpi, jika orang lain mengejek bahwa kita bermimpi terlalu tinggi tak perlu dihiraukan. Tetap semangat dan jangan lupa utamakan ibadah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
Untuk lebih mengenalku kalian bisa menemukanku lewat sosial media berikut ini:
Facebook: Meli Firdausi Nazila
Instagram: @melifirdausi
Email: melifirdausi@gmail.com
Baca Juga
- Beasiswa ASTRA Gratis Kuliah D3/D4 di Politeknik Astra untuk Lulusan SMA/SMK (Deadline: 31 Des 2025)
- Beasiswa UISI (Universitas Internasional Semen Indonesia) Gratis Kuliah S1 untuk Lulusan SMA/SMK/Sederajat Tahun 2022 – 2026 (Deadline: 31 Des 2025)
- Beasiswa STEM AFS ke Brazil, China, Mesir, India untuk Pelajar (Deadline: 15 Jan 2026)
- Beasiswa ITSB Sinar Mas Kuliah S1 2026 untuk Pelajar SMA SMK dan Gap Year (Deadline: 30 Nov 2025)
- Daftar Lengkap Beasiswa S1 2026 – 2027 untuk Lulusan SMA SMK Sederajat
Mari berbagi pengalaman dan cerita mengenai motivasi belajar dan beasiswa yang anda dapatkan kepada saudara-saudara kita yang mungkin belum seberuntung anda. Sesederhana apapun tulisan yang anda tulis bisa menjadi inspirasi untuk saudara-saudara kita di seluruh penjuru tanah air Indonesia. Kirimkan tulisan ke alamat email: indbeasiswa@gmail.com dalam bentuk softcopy (.doc/.docx) dengan format tulisan sebagai berikut :
- Nama
- Alamat e-mail
- Judul tulisan
- Isi cerita/pengalaman
- Foto (jika ada)
Yuk, manfaatkan kesempatan ini untuk membagikan pengalaman dan cerita kita. Jangan lupa bahwa ilmu dan pengalaman akan lebih bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain.




