Pengalaman Berdebat Dengan Kepala Jurusan Kampus
INDBeasiswa – Sewaktu tahun 2008 keinginan saya untuk melanjutkan kuliah di salah satu politeknik terkemuka di Indonesia akhirnya tercapai dan pilihan saya jatuh pada politeknik yang ada di Jawa Timur (semoga teman-teman sekelas saya tidak ada mengenali gaya tulisan saya yang satu ini).
Karena masih baru aja lulus dari SMK berarti wajah saya masih imut dan lucu banget pada waktu itu (promosi dikit boleh yah teman-teman…hehe). Soal semangat belajar juga tidak kalah luar biasa dari mahasiswa universitas lain.
Oh, ya hampir kelupaan kalau nama beken kampus saya pada waktu itu adalah kampus72 alis ngampus jam 7 pulang pas jam 2 siang. Hampir setiap hari jam kuliahnya kaya gini bahkan kalau sudah naik semester bisa pulang sampai jam 3 atau jam 7 malam karna harus bengkel atau melakukan pengujian di laboratorium.
Suatu ketika ada acara yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dengan teman “Dialog Bersama Dosen” dan kami mahasiswa tingkat 1 diwajibkan untuk ikut serta.
Karna masih bergairah untuk cepat lulus, saya pun datang dengan moto “datang, duduk, dengarkan secara seksama dan pulang”
Acara pun dimulai dengan beragam sambutan dan presentasi yang dilakukan oleh pihak HMM serta pihak jurusan baik yang D3 ataupun D4 sampai akhirnya sesi tanya jawab pun dimulai.
Begitu banyak pertanyaan yang diajukan oleh para peserta dan dijawab dengan baik oleh pihak staff dan kepala jurusan waktu itu.
Karna makin seru saya pun terpancing untuk ikutan bertanya mengenai kualitas dan kelayakan mata kuliah yang diajarkan oleh program studi yang saya ambil waktu itu.
Sepertinya sok pinter banget saya pada waktu itu seakan-akan mampu memperbaiki keadaan kampus. Tanpa diduga yang menjadi nara sumber adalah seorang dosen yang cukup tua dan bersedia untuk menjawab pertanyaan saya.
Saya pun tidak tahu kalau nantinya pak dosen itu akan mengajar saya di semester 2. Udah dikasih jawaban eh…malah saya nggak puas dan ingin menyanggah jawaban tersebut dengan serangan selanjutnya, semacam counter attack begitulah supaya kulitas jurusan menjadi lebih baik dan pihak kampus sadar.
Namun sepertinya serangan saya itu berbelok dengan tajam dan menghujam hati si bapak dosen dan terjadilah perdebatan yang sangat panjang. Seperti jual beli serangan antara Chelsea dan Manchester United sampai-sampai moderator turun tangan agar waktu yang diberikan menjadi lebih efektif.
Begitu duduk, salah seorang teman saya yang duduk di belakang berbisik dengan indah sekali di telinga saya.
“Itu yang kami ajak debat adalah kepala jurusan kita loh bro”, ujarnya.
Sontak saya kaget dan sedikit pucat. Wah bisa pupus nih untuk Cum laude di penghujung kuliah dan benar banget apa yang saya kuatirkan itu.
Menginjak semester dua semua nilai yang berhubungan dengan Bapak dosen selalu berakhir dengan nilai ‘C’ dan ‘C’ diperbaiki juga tetap dapet ‘C’ karena nilai maksimumnya buat saya adalah ‘C’…apes banget nih ceritanya kalau gini.
Setelah lulus kuliah saya hanya mau mengingatkan dua pasal perkuliahan yang tidak boleh anda lupakan. Pasal pertama adalah dosen selalu benar dan pasal terakhir kalau dosen salah kembali ke pasal yang pertama.
Woi… kenapa sebelum kuliah nggak ada yang ngasih pesan kaya gini yah tapi sudahlah semoga hanya saya yang mengalami hal ini.



