INDBeasiswa.com – Tidak hanya info beasiswa saja yang kami sajikan di INDBeasiswa.com, namun berbagai pengalaman dan inspirasi dari teman-teman pun sangat kami nantikan. Kali ini INDBeasiswa telah mewawancarai (via chat) salah satu penerima beasiswa pemerintah Swiss yaitu Kak Maharani, yang tengah melanjutkan studi S3 nya di Université de Fribourg, Swiss. Sebelumnya pun, ia berhasil menembus beasiswa MEXT yang ditawarkan oleh pemerintah Negara Jepang.  Ingin tahu bagaimana pengalamannya bisa mendapatkan hingga dua beasiswa luar negeri? Berikut ulasannya.

Cerita Inspirasi: Pengalaman Kuliah di Jepang Hingga Beasiswa S3 di Swiss

INDBeasiswa (I) : Bisa diceritakan kak profil singkat mengenai jurusan, semester, dan berapa lama kakak sudah ada di Swiss?

Kak Maharani (M) : Jurusan aku Biomedical Science tapi riset aku tentang Clinical Nutrition sih, semester 2 baru 6 bulanan disini…

I : Kenapa kak memilih Swiss sebagai tempat mengambil studi Biomedical Science? Apakah ada pertimbangan khusus?

M : Awalnya aku hanya ingin S3 di Eropa.. Pada saat itu yang buka beasiswa swiss ini, karena sudah pernah merasakan studi di Jepang.. Karena Eropa itu peluangnya besar untuk kolaborasi riset, conference lebih mudah karena antar negara Eropa kan pakai satu visa

I : Ngomong-ngomong nih kak… Cuaca disana seperti apa sekarang? Dan apakah kakak punya kesulitan dalam beradaptasi dengan penduduk sekitar disana?

M : Sekarang lagi puncak winter ya, sulit karena penduduk Swiss tertutup dan di sini pakai 3 bahasa. Italia, Perancis, Jerman.. Inggris mereka bisa tapi ya standar

I :  Wah sepertinya sulit juga ya kak, mengingat penduduk disana tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris…

Kalau boleh di share kak, perbandingan situasi kuliah di Jepang dengan di Swiss seperti apa?

M : Sulit makanya harus minimal bisa salah satu bahasa yang tadi aku bilang.

Beda banget, kalau Jepang masi terpusat di professor ya kita panggil sensei.. Kalau Eropa mahasiswa PhD ya terutama itu seperti orang kerja, kita 8 jam kerja… Weekend kita libur, kalau jepang kan weekend masih masuk nge-leb sampai malam, gak berani pulang kalo sensei masih belum pulang.. Kolaborasi riset Eropa lebih luas.. Mungkin karena itu banyak ilmuwan peraih nobel dari Eropa

Tapi secara iklim kondusif memang Jepang lebih dapat karena masih Asia hospitaliti masih tinggi

I : Wow… Bedanya jelas sekali kak ya.. Oke kak, mengenai beasiswa untuk mencapai Swiss menggunakan beasiswa dari pemerintah atau dari universitas disana? Lalu untuk yang sebelumnya studi di Jepang, apakah juga menggunakan beasiswa kak? Nah, sekalian kak bisa dijelaskan tips-tips meraihnya..

M : Aku beasiswa pemerintah swiss.. Swiss Excellence Government Scholarship.. Kalau yang di Jepang pakai beasiswa pemerintah jepang MEXT.. Tips nya sama sih pada dasarnya, bikin proposal riset yang bagus, motivation letter yang bagus, IPK dan toefl terutama juga harus bagus.. Kalau yang beasiswa S3.. minimal sudah publish paper di jurnal internasional..

I : Kalau boleh tahu nih kak, harapannya ke depan setelah menyelesaikan studi apa yang akan dilakukan?

M : Pengen postdoc dulu insyaAllah sambil nemenin suami nyelesaikan kuliah S3.. Mengabdi sebagai dosen di Universitas Brawijaya Malang, kolaborasi riset dengan banyak pihak (dengan negara lain). Saat ini sih yang ada bayangan kolaborasi dengan Clinical Research Center Singapore.. Apalagi dengan MEA seperti ini, kesempatan kolaborasi riset terbuka lebar.. Mohon doanya

I : Amin kak, semoga dilancarkan untuk kemajuan Indonesia.. Pertanyaan lagi nih kak, kalau di Swiss adakah hal-hal yang menarik atau berkesan selama 6 bulan ini? Dan kalau studi di Jepang kan sudah selesai nih kak, adakah hal-hal yang kakak rindukan dari Negeri Sakura tersebut?

M : Apa ya yang berkesan? Hmmm mungkin banyak ketemu dengan professor-professor ternama yang selama ini namanya hanya dibaca di jurnal dan buku buku… Amazing aja.. Dan karena laboratorium aku yang sekarang, professornya bener-bener luar biasa. Kolaborasi riset dengan banyak professor bahkan professor negara lain, dengan Nestle.. Lintas ilmu dapat.. Itu sih yang berkesan… Banyak ilmu baru..

Kalau di Jepang ya kultur masyarakatnya yang bikin kangen, eksotisme Asia, negara yang tetap mempertahankan tradisi dan etos kerja yang luar biasa.. Culinarynya..

I : Oiya nih kak, untuk biaya hidup di Swiss menghabiskan sampai berapa banyak secara keseluruhan?

M : Karena aku di kota kecil 600 CHF ya setiap bulan tapi kalau Zurich atau kota besar lain lebih mahal..

I : Oke kak, pertanyaan terakhir, bisa dibagikan pesan untuk semua teman-teman di Indonesia yang ingin berkuliah di luar negeri sekaligus memotivasi mereka.

M : Jangan pernah takut untuk mencoba..
    Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan,kamu tidak akan pernah mendapatkannya..
    Jika kamu tidak bertanya jawabannya adalah tidak..
    Jika kamu tidak melangkah maju maka kamu akan berada di tempat yang sama..

I : Baiklah kak. Semoga segala harapan dan keinginan kakak dapat segera tercapai ya … 🙂

M : Aaammiinnn.. Sukses terus dan keep inspiring ya INDBeasiswa..

Seperti kata Kak Maharani di atas, jangan pernah takut untuk mencoba, dan kejar apa yang anda inginkan. Seseorang tidak akan pernah meraih sesuatu, jika dia tidak melangkah maju untuk berusaha mendapatkannya. Sekian ulasan dari INDBeasiswa, semoga sajian artikel kali ini bisa menginspirasi teman-teman yang berminat untuk melanjutkan studi di luar negeri.

Semoga bermanfaat.
Baca Juga:
Daftar 10 Universitas Terbaik di Jerman yang Perlu Anda Ketahui
Tips Sukses Bekerja Sambil Kuliah S2
5 Tips Penting Sukses Menulis Essay Beasiswa


Mari berbagi pengalaman dan cerita mengenai motivasi belajar dan beasiswa yang anda dapatkan kepada saudara-saudara kita yang mungkin belum seberuntung anda. Sesederhana apapun tulisan yang anda tulis bisa menjadi inspirasi untuk saudara-saudara kita di seluruh penjuru tanah air Indonesia. Kirimkan tulisan ke alamat email: indbeasiswa@gmail.com dalam bentuk softcopy (.doc/.docx) dengan format tulisan sebagai berikut :

  1. Nama
  2. Alamat e-mail
  3. Judul tulisan
  4. Isi cerita/pengalaman
  5. Foto (jika ada)

Yuk, manfaatkan kesempatan ini untuk membagikan pengalaman dan cerita kita. Jangan lupa bahwa ilmu dan pengalaman akan lebih bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain.